Tutut Pedas Cengkong

"Modal kecil bikin tajir", ujar Sahidin (Kang Idin)  disela-sela obrolan saya dengan beliau sebagai pedagang Tutut Pedas Cengkong.

Tutut adalah hewan sejenis keong yang hidup berkoloni di sawah dan irigasi. Hewan ini oleh sebagian besar orang sering dimanfaatkan menjadi olahan makanan untuk teman nasi. Orang dulu sering mengambil tutut di sawah ketika musim traktor sampai rumput/tanaman pengganggu padi dirambet.

Tapi keberadaan tutut di sawah sekarang sudah berkurang. Mungkin karena intensitas penggunaan pupuk dan pestisida semakin tinggi oleh petani sehingga air dan tanah sawah tidak memungkinkan lagi bagi kehidupan hewan tutut. Kini koloni hewan tutut banyak hidup dipinggiran kali-kali besar,  bahkan jumlahnya jauh lebih banyak dari sawah dulu.

Dari 'tutut' ternyata ada peluang profit yang besar, bahkan sampai lebih dari sepuluh kali lipat dari modal yang dikeluarkan. Di depan gerbang perum Perum Puri Kosambi tutut dihargai Rp. 10.000/porsi, namun Sahidin menjualnya hanya Rp. 5.000/porsi. Beliau membeli tutut dari pengepul di daerah Pedes Purwasari seharga Rp. 2.000/liter, dari satu liter tutut mentah bisa dibuat menjadi 4 porsi tutut mateng, artinya dari tutut mentah Rp. 500 bisa jadi Rp. 5.000/porsi tutut mateng. Sahidin sendiri setiap harinya menjual tutut rata-rata 15-20 liter.

"Dagang tutut mah teu kudu modal gede, komo mun dek gupakna di ragasi mah bisa untung loba. Modal nu hese dagang tutut mah nyaeta 'mental', lolobana tuda era pedah dagang tutut" tutur Sahidin ketika ditanya tentang usaha dagang tutut.

Bisnis itu ternyata tidak melulu menggunakan modal besar, tampa modal jutaan pun seorang Sahidin (Idin) mampu meraup untung besar dari usaha dagang tututnya.

#oktober2019al kecil bikin tajir", ujar Sahidin (Kang Idin)  disela-sela obrolan saya dengan beliau sebagai pedagang Tutut Pedas Cengkong.

Tutut adalah hewan sejenis keong yang hidup berkoloni di sawah dan irigasi. Hewan ini oleh sebagian besar orang sering dimanfaatkan menjadi olahan makanan untuk teman nasi. Orang dulu sering mengambil tutut di sawah ketika musim traktor sampai rumput/tanaman pengganggu padi dirambet.

Tapi keberadaan tutut di sawah sekarang sudah berkurang. Mungkin karena intensitas penggunaan pupuk dan pestisida semakin tinggi oleh petani sehingga air dan tanah sawah tidak memungkinkan lagi bagi kehidupan hewan tutut. Kini koloni hewan tutut banyak hidup dipinggiran kali-kali besar,  bahkan jumlahnya jauh lebih banyak dari sawah dulu.

Dari 'tutut' ternyata ada peluang profit yang besar, bahkan sampai lebih dari sepuluh kali lipat dari modal yang dikeluarkan. Di depan gerbang perum Perum Puri Kosambi tutut dihargai Rp. 10.000/porsi, namun Sahidin menjualnya hanya Rp. 5.000/porsi. Beliau membeli tutut dari pengepul di daerah Pedes Purwasari seharga Rp. 2.000/liter, dari satu liter tutut mentah bisa dibuat menjadi 4 porsi tutut mateng, artinya dari tutut mentah Rp. 500 bisa jadi Rp. 5.000/porsi tutut mateng. Sahidin sendiri setiap harinya menjual tutut rata-rata 15-20 liter.

"Dagang tutut mah teu kudu modal gede, komo mun dek gupakna di ragasi mah bisa untung loba. Modal nu hese dagang tutut mah nyaeta 'mental', lolobana tuda era pedah dagang tutut" tutur Sahidin ketika ditanya tentang usaha dagang tutut.

Bisnis itu ternyata tidak melulu menggunakan modal besar, tampa modal jutaan pun seorang Sahidin (Idin) mampu meraup untung besar dari usaha dagang tututnya.

#oktober2019

Comments